Mereka yaitu Arom dari Surabaya, Lisa dari Banjarmasin, Reza dari Jakarta dan Loni dari Papua. Masa kecilku begitu menyenangkan bersama mereka. Kami sering bersepeda dan bermain bareng . Rute bersepeda kami tidak jauh dari rumah. Jika bersepeda tempat yang kami tuju yakni masjid yang disekelilingnya terdapat taman yang sungguh indah.
Anginnya semilir, tempatnya luas dan udaranya sungguh sejuk alasannya jauh dari polusi kendaraan.
Di teras depan masjid adalah daerah favorit kami umumberistirahat sehabis lelah bersepeda. Aku masih ingat, masing-masing dari kami membawa bekal minum sendiri-sendiri. Terkadang Reza juga sering mentraktir membelikan makanan ringan dan minuman. Favoritku adalah susu ultra sedangkan sahabat-temanku coca cola dan fanta, maklumlah waktu itu minuman tersebut sedang hits. Setelah cukup beristirahat kami pulang dan main di rumah salah satu sahabatku.
Di rumah salah satu sahabatku kami bermain sepatu roda, tetapi ada juga sahabatku yang suka menyaksikan program TV Doraemon. Mainan Lisa paling lengkap sehingga kami suka sekali bermain kerumahnya. Jaman dahulu yang paling kami tunggu-tunggu yaitu dikala ibu sahabatku menyajikan indomie dan es sirup.
Kami juga pernah pergi bantu-membantu ke Kota Malang bareng ibu-ibu kami. Waktu itu tempat wisata yang kami tuju yaitu gerojokan Coban Rondo dan Sarinah Plaza. Di dalam mobil kami tidak mampu berhenti tertawa sebab kami saling melontarkan candaan satu sama lain hingga ibu-ibu kami memerintahkan kami berhenti menarik hati satu sama lain. Di Sarinah Plaza kami juga kompak membeli beling mata hitam cuma untuk bergaya. Malu, kalau mengenang waktu itu tapi hal itu justru sebuah ingatan lucu yang tak terlalaikan. Pada sebuah waktu ternyata Reza harus pindah ke kota lain mengikuti orangtuanya. Sehingga kami tersisa 3 orang. Akan tetapi kami tetap kompak karena kami sering satu kelas. Kalau Arom pergi ke Bali, dia juga tak lupa membawakan oleh-oleh mug untukku dan sahabatku yang lain. Begitu pun Lisa, beliau sering membawakan buah tangan khas Banjarmasin. Tidak cuma kami bertiga yang erat namun ibu-ibu kami juga dekat. Kemana-mana kami senantiasa pergi bantu-membantu.
Setiap acara malam tahun baru kami juga selalu bergantian menginap di rumah salah satu sahabatku. Di sana ada banyak sobat-sahabat lain yang juga datang untuk merayakan malam tahun baru bersama. Kami bermain kembang api, bernyanyi bersama dan main petak umpet. Bahkan ada salah satu temanku yang menakut-nakuti dengan menjadi hantu sehingga kami semua panik dan berlarian ke jalan. Seru sekali.
Aku dan sahabatku tidak hanya bermain tapi juga belajar bareng seperti les mengaji dan les bahasa Inggris. Kami juga sering ke masjid bersahabat rumah untuk sholat berjamaah.
Bahkan pada ketika program lomba 17 Agustusan kami mengikuti kontes fashion show tingkat RW. Selain itu kami juga mengadakan olah raga bareng seperti senam aerobic yang diadakan di rumah Lisa dan memanggil guru senam. Aku dan sahabat-sahabatku banyak menghabiskan waktu untuk hal-hal yang berfaedah bantu-membantu Aku juga masih ingat, kami sering bertukar hadiah mirip boneka, kertas surat, perangko (filateli) dan souvenir pernikahan, sungguh terkenal di jamannya. Perangko-perangko milikku lengkap dari banyak sekali negara. Bahkan saya mengoleksi perangko bergambar Bapak Suharto semenjak ia masih muda. Selain itu juga ada perangko bergambar presiden pertama RI Bapak Soekarno dan perangko bergambar kepala-kepala negara dari negara lain. Sampai kini baik kertas surat, perangko, boneka dan souvenir ijab kabul masih kusimpan dengan rapi di rumah Surabaya.
Sedangkan di sekolah aku dan sobat-teman sangat menyukai permainan bekelan dan lompat tali. Jaman kecil dulu lantai disekolah masih yang bertekstur bergairah dan berwarna bubuk-abu sehingga setelah bermain bekelan tangan menjadi pedih dan lecet. Namun hal tersebut tidak menciptakan kami berhenti bermain bekelan. Selain bekelan, dalam permainan lompat tali kami juga membuat tali karet dari karet gelang yang dikaitkan antara karet yang satu dengan karet yang lain bersama-sama. Lompat tali juga biasa disebut putar bumi yaitu permainan yang mampu menciptakan badan menjadi sehat dan bugar alasannya adalah tali karet diputar setinggi-tingginya dan pemainnya melompat mengikuti ayunan tali karet yang diayun oleh 2 orang.
Tidak hanya di sekolah dan di lingkungan perumahan Jemur Andayani, di dalam keluarga, masa kecilku juga sangat mengasyikkan alasannya ayahku sering mengajakku pulang ke rumah kakek dan nenek di desa Sumberingin Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur. Di rumah kakekku kebunnya sungguh luas dan kamarnya juga banyak. Di kebunnya, kakekku menanam pohon jati sehingga banyak orang yang tiba untuk mengambil daun-daun jati yang berguguran. Daun jati tersebut lazimnya dipakai selaku alas pembungkus kuliner. Setiap sore saya dan kakakku menunggu truk pembawa tebu yang lewat, kalau ada tebu yang jatuh kami berlari mengambilnya. Lalu tebu-tebu yang jatuh tadi kami makan bantu-membantu.
Aku juga pernah diajak ayah ke Panggul Trenggalek tepatnya di pantai Prigi. Disana banyak terdapat ikan buntalan. Ikan itu berubah bentuk seperti balon kalau merasa terancam. Duri-duri panjang yang menutupi tubuhnya yang beracun bila disentuh. Setiap ekor ikan bahkan mempunyai cukup toksin untuk membunuh 30 insan akil balig cukup akal.
Ayahku melakukan pekerjaan sebagai dokter dan dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya. Apabila ada program-acara dikantornya mirip acara symposium dan workshop di luar kota, ayahku sering mengajakku bepergian. Salah satunya ialah Gunung Bromo. Aku, ibu dan ayahku terhitung sudah 3 kali kami kesana. Udara disana sangat cuek sekali. Disana aku juga naik ke kawah Gunung Bromo melalui gurun pasirnya dengan mengendarai jeep hartop dan untuk ke kawah Bromo kami harus menunggangi kuda dikirim teman ayahku sementara ayahku menanti di bawah karena tidak kuat jika mesti berjalan jauh. Disana yang menjadi favoritku ialah pemandangannya yang hebat indah dan tumbuhnya bunga edelweiss ialah bunga kekal yang tidak dapat layu. Bunga tersebut adalah bunga langka yang dilindungi oleh pemerintah.
Pernah juga kantor ayahku mengadakan program di kota Bondowoso. Kebetulan di sana aku punya saudara yang berdomisili di perumahan Kampung Arab. Bondowoso kotanya kecil, jajanannya condong elok mirip tape, jenang dan suwar suwir. Siang hari sehabis acara kantor ayahku akhir, kami jalan-jalan ke museum kereta api. Di Bondowoso terdapat salah satu dari 3 gerbong ajal yang pernah digunakan Belanda untuk menyiksa para tahanan dari Indonesia yang akan dipindahkan ke penjara Bubutan Surabaya. Menurut dongeng saudaraku, 46 dari 100 tahanan yang dimasukkan ke dalam gerbong meninggal dunia sebab kekurangan oksigen dan dibiarkan kelaparan selama 16 jam perjalanan.
Selain bepergian ke kota-kota lain, ayahku juga sering mengajakku mendatangi kawasan-kawasan transportasi di Surabaya, ialah ke Tanjung Perak dan Bandara Juanda. Di Tanjung Perak ayahku menunjukkan bermacam-macam kapal bahari mirip Joko Tole, Putri Koneng, dan kapal-kapal lain. Kami bahkan juga naik kapal Joko Tole menuju kota Madura. Sedangkan di Bandara Juanda, ayahku memperlihatkan pesawat yang hendak mendarat dan yang akan terbang. Tidak mirip dikala melihat dari bawah, ternyata dari bersahabat pesawat-pesawat itu sangat besar dan suaranya sungguh memekakkan pendengaran. Jaman aku masih kecil maskapai penerbangan yang populer adalah Garuda Indonesia dan Merpati Airlines.
Ayahku dulu juga sering mengajakku ke kantornya di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya. Di sana saya sering melihat binatang-hewan yang mau dipakai untuk penelitian, ada kelinci, tikus dan kucing. Hewan-hewan itu diletakkan di dalam kandang di sebelah laboratorium. Di dalam laboratorium saya menyaksikan berbagai alat-alat kedokteran, semacam patung peraga, alat-alat untuk kesehatan dan alat-alat observasi. Terkadang saya juga ikut ayahku pada ketika dia mengajar mahasiswanya. Semua pengalamanku tersebut sangat menggembirakan dan tidak akan pernah terlalaikan.
Pada tahun 1991 dikala usiaku 9 tahun ayahku meninggal dunia karena sakit batu ginjal. Setelah ayahku meninggal dunia, saya masih sering diajak abang-kakakku bepergian keluar kota untuk meneruskan hobby ayahku bepergian (travelling). Aku sering sekali ke tempat tinggal kakakku di Yogyakarta. Sesampainya disana bersama keponakan, kami juga ke Magelang dan Semarang. Magelang kota kecil yang sangat sejuk. Ada banyak masakan yang aku sukai seperti getuk trio, jenang Ny. Week, sop senerek dan kupat tahu. Tempat rekreasi yang populer waktu itu yakni Taman Kyai Langgeng. Tempatnya sejuk dan asri. Sedangkan air terjun yang berulang kali aku kunjungi saat di Magelang ialah penderasan Kaliurang, airnya segar dan jernih.
Ibuku juga sering mengajakku pergi kerumah saudara di Kediri, dan Solo. Karena Ibuku berasal dari Solo maka ia hafal sekali jalan-jalan di kota tersebut. Di Solo saya suka jalan-jalan di Taman Sriwedari karena disana sering ada program pasar malam. Makanan di Solo yummy-lezat seperti serabi solo, wedang ronde asle khas Solo, timlo, tengkleng dan selat solo kesukaanku. Di Solo kami juga mampir ke kebun hewan Jurug, kampung batik Kauman dan pasar Triwindu.
Sampai kini saya masih terbawa hobby ayahku adalah travelling atau bepergian. Karena dengan bepergian ke berbagai kawasan akan menawarkan pada kita bahwa betapa Allah Maha Indah telah menciptakan berbagai macam keindahan alam di muka bumi ini. Dan sekarang saya pun menularkan hobbyku ini kepada anak-anakku semoga mereka menjadi insan yang berilmu mensyukuri keindahan ciptaan Allah Yang Maha Kuasa dan supaya mereka mengenal ihwal aneka macam hal dari aneka macam kawasan yang bermanfaat dalam kehidupan ini. Betapa abad kecilku sungguh indah dan menggembirakan, aku tidak hanya memiliki sobat-teman yang baik dan tidak menjemukan tetapi juga mendapatkan pengalaman dan peluang bepergian mengunjungi tempat-tempat yang indah dan mengenal keanekaragaman aneka macam daerah bersama ayah, ibu dan kakak-kakakku.
oleh : Bunda Davi